Minggu, 09 Februari 2014

Cerita Kehamilan Istri #5: Bidadariku Telah Lahir

Allahu Akbar...Allahu Akbar. Kalimat takbir ini tidak terasa meluncur dari mulutku tatkala mata ini melihat bayi mungil yang baru lahir diletakkan di atas pangkuan ibunya. Tepat pukul 19.45 wib, bidadariku lahir normal dan sempurna, dengan berat 3,3 kg dan panjang 48 cm.


Kelahiran ini mundur sehari dari prediksi medis, yaitu tanggal 22 Juli 2013. Pada tanggal itu tidak ada tanda-tanda kelahiran. Sehingga saya memeriksakan ke bidan. Alhamdulillah hasil pemeriksaan dinyatakan normal semua. Bahkan kata bidan, maksimal mundur dua minggu (42 minggu). Lega rasanya.

Keesokan harinya (23/07/13) sayapun beraktifitas beperti biasanya. Masuk sekolah. Jam 11, dapat sms dari istri :

"biii, flexi mean bw ta? q ate telp bu lu2k..
wetengq mules tok loro kbeh rasane bi"

Saya balas "Ya abi bw. Stlah ini plg"

Setengah jam kemudian, istri telepon :
"Bii, wangsulo. Wetengq tambah mules". Sayapun langsung bergegas pulang.

Sampai di rumah, istri sudah kelaran di dalam kamar. Kata ibu mertua, istri merasa sakit sejak pagi jam setelah delapanan, di saat dia beraktifitas dengan menyapu dan ngepel lantai rumah. Tepat jam 13.00 wib saya menyuruh istri untuk telepon ke bidan. Ternyata disarankan untuk dibawa ke klinik. Sesampai di klinik, langsung ditangani dengan memeriksa detak jantung, tensi darah dan memeriksa jalan janin. Hasilnya, buka satu pada jam 14.00 wib.

Jam 16.00 pemeriksaan dilakukan kembali. Menurut bidan, apabila tetap buka satu, diperkenankan pulang. Alhamdulillah, buka empat. Sayapun bergegas menjemput ibu mertua sekaligus mengambil perlengkapan yang dibutuhkan. Sakit yang dirasakanpun bertambah. Istri saya menjerit kesakitan. Bahkan saking sakitnya, dia berucap "aku wes nggak tahan. Mending dioperasi ae wes". Sayapun langsung menyuruhnya istighfar. Emangnya enak dioperasi? Di samping biayanya besar, paska melahirkan jika dengan operasi, penyembuhannya lebih lama. Memang, dalam pikiran ini dihantui operasi cesar. Ya, sebab tiga famili saya -yang hanya berselang tiga bulan- melahirkan secara cesar, dimana biayanya mencapai 25 juta!. Hanya panjatan doa yang bisa saya ucapkan semoga istri saya melahirkan secara normal.

Jam 19.00 wib, istri diperiksa kembali. Alhamdulillah bukaan sepuluh. Ini berarti tinggal proses mengejan untuk mengeluarkan bayi. Bidan dibantu tiga suster sudah siap dan berada di posisi masing-masing. Bidan sebagai sepervisor, berada di hadapan istri. Dua suster di samping istri, bertugas untuk menahan mulut rahim dan bayi yang akan keluar supaya ketika istri istirahat dari mengejan, si bayi tidak kembali masuk. Lalu saya dimana? Emm...saya di belakang istri sebagai motivator dan sandaran buatnya. Seluruh aktivitas ketika ini dikomando langsung oleh bidan. Mulai dari teknik pengambilan nafas, teknik mengejan, teknik istirahat jeda dari mengejan, dan posisi kepala dan tangan ketika mengejan.

"Kalau mau ngejan, jangan tanggung-tanggung. Mengejan sekuatnya" ucap bidan.

Jam 19.45 tepat, seongkok bayi keluar dari mulut rahim istri saya. Dengan cekatan, suster meletakkan bayi itu di atas dada istri saya. Dan...

"uwek...uwek...uwek..." tangisnya membelah ketegangan saya, ibu, dan seluruh keluarga yang menunggu. Sayapun langsung mengadzani bidadariku sesuai tuntunan syariat Islam.

Allahu akbar...alhamdulillah.
Load disqus comments

0 komentar